Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2022

(Jangan merasa) PERCUMA MEMILAH SAMPAH!

Sering banget menemukan kalimat penolakan  seperti di bawah ini saat melakukan sosialisasi pemilahan sampah, bahkan komentar di kolom chat saat webinar persampahan.   " Susah - susah memilah sampah nanti dicampur lagi di gerobak sampah". Eits, yakin gak mau memilah sampah? Apakah tahu kemana sampah dari tempat sampah di rumah diangkut oleh penggerobak sampah? Dari rumah kita, sampah yang dibawa oleh penggerobak sampah, mampir dulu ke TPS (Tempat Penampungan Sementara) atau TPS 3R (Tempat Pengelolaan Sampah Reduce Reuse Recycle)  tidak langsung ke TPA (Tempat Pemrosesan Akhir). Biasanya di TPS penggerobak sampah atau pemulung akan mengambil sampah yang dianggap memiliki nilai ekonomi seperti botol plastik, plastik kemasan, kertas, koran, kardus, kaleng, dll. Kalau di TPS 3R malah setiap kantong kresek akan dibuka lalu dipilah dengan detail setiap jenis sampah yang memiliki nilai ekonomi. 

Ekonomi Sirkular: Keterbatasan Kemampuan Daur Ulang

Masa lalu adalah ekonomi linier , dan saat ini e konomi sirkular (circular economy). Menurut United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) ekonomi sirkular adalah " B ahan untuk produk baru berasal dari produk lama. Sebisa mungkin, semuanya digunakan kembali, diproduksi ulang atau, sebagai upaya terakhir, didaur ulang kembali menjadi bahan mentah , atau digunakan sebagai sumber energi.” Ekonomi sirkular melihat sesuatu secara berbeda , tidak mengambil bahan mentah / virgin dari alam lalu mengubahnya menjadi produk yang akhirnya berakhir di TPA , tapi mengambil kembali sampah dan memasukkannya kembali ke awal sebagai bahan baku . Merupakan kebijakan terhadap sumber daya yang dimiliki. Ekonomi sirkular didasarkan pada tiga prinsip: mengelola sampah, mengedarkan produk dan material, dan meregenerasi alam. Jelas di mana pengelolaan sampah masuk di sini. Berbagai pemangku kepentingan sudah mendiskusikan strategi, menerapkan aturan baru, dan mendorong inovasi. Dari

Timbulan Sampah Masker dan Alternatif Pengelolaannya

Dalam masa pandemic setiap orang menggunakan alat pelindung diri saat beraktivitas di luar rumah ataupun bertemu dengan orang lain yang tidak serumah (masker, sarung tangan, dan hand sanitizer). Volume sampah plastik, kemasan makanan dan kemasan paket juga meningkat selama pandemi. Faktor-faktor ini menyebabkan fasilitas pengolahan sampah dan TPA tetap harus siap sedia menerima sampah dan melakukan pengolahannya. Status perkotaan di Kabupaten Sidoarjo adalah 92% dari seluruh wilayahnya. Dengan jumlah penduduk 2,1 juta maka yang tinggal di perkotaaan adalah 1,77 juta. Diasumsikan penduduk yang menggunakan masker adalah penduduk perkotaan yang beraktivitas di luar rumah, menggunakan masker satu lembar sehari dan  berat masker 3 gram/lembar maka potensi sampah masker yang harus diolah adalah 5,3 ton/hari. Data dari DLH Kabupaten Sidoarjo timbulan sampah rumah tangga adalah 1.470 ton (timbulan sampah 0,7Kg/orang/hari. Maka persentase sampah masker adalah 0,36% dari timbulan sampah harian s